Saturday, January 29, 2005



Lafal Allah di atas Gelombang Tsunami Aceh
Hasil foto satelit memperlihatkan riak-riak gelombang Tsunami di Sri Lanka mirip tulisan kaligrafi “Allah”. Ulama setempat meyakini, tulisan itu adalah pesan Allah pada yang masih hidup atas kekuasaaNya

Hidayatullah.com--Tuhan telah menandatangani Nama nya dalam musibah Tsunami. Itulah tanda-tanda yang diberikan Tuhan untuk memperingatkan hukumnya yang banyak diabaikan manusia, begitu petik seorang ulama Sri Lanka, Mohamed Faizeen yang juga Manager of the Center for Islamic Studies di Colombo. Faizeen memberikan pernyataan itu setelah sebuah dokumen foto satelit yang menunjukkan gelombang Tsunami saat menerjang kawan itu, 26 Desember 2004 lalu.

Foto satleit itu, memperlihatkan riak-riak gelombang dasyat Tsnami yang mirip tulisan kaligrafi Allah.

Tulisan mirip lafal Allah di riak-riak gelombang yang telah ditangkap foto satelit itu menurut Mohamed Faizeen diambil saat gelombang Tsunami menabrak Sri Lanka barat dan mendekati kota Kalutara. "Ini dengan sangat jelas menerangkan asma 'Allah' dalam tulisan Arab," ujar Faizeen.

Faizeen menambahkan, guratan riak-riak gelombang yang melingkar itu, dari kejauhan -seperti ditangkap satelit itu-- mirip tulisan lafal “Allah”. Foto tersebut didapatkan setelah perusahaan jasa satelit, DigitalGlobe Quickbird menunjukkan beberapa hasil foto pantauan udara yang diambil tanggal 26 Desember 2004, saat musibah berlangsung. Untuk lebih jelasnya, foto bisa dilihat di Website http://Globalsecurity.Org/Eye/Andaman-Sri-Lanka.Htm.

"Allah telah menandatangani Nama nya," ujar Faizeen. "Ia telah mengirimnya sebagai bukti atas hukuman. Ini datang dari pengabaian Hukum nya." Faizeen menyamakan pesan Tsunami ini seperti hukuman Nabi Nuh atas kaumnya yang tidak taat.

Namun, keyakinan seperti itu tak hanya pada Faizeen. Beberapa kalangan Kristen setempat mengakuinya. Seorang wisatawan asing di desa Ulvae, Sri Lanka Timur mengaku, beberapa hari sebelum gelombang datang, dirinya bermimpi selama tiga hari berturut-turut di kota itu telah terjadi banjir dengan ombak sangat besar datang.

"Ia memperingatkan orang desa tetapi mereka menertawakannya. Ia meninggalkan Ulvae pada pagi Minggu itu , 15 menit sebelum Tsunami menyerang," ujar Faizeen.

Faizeen juga menceritakan, dirinya telah mengunjungi sebuah desa yang sebagaian penduduknya orang Islam di Ulvae, dekat kota utama Batticaloa, dan menemukan, bahwa ada sebuah madrasah (sekolah Islam) yang tak disentuh air sama sekali. Padahal, di dekat sekolah itu, sekitar 400 rumah penduduk telah diratakan dengan. Kebanyakan penduduknya telah hilang dan meninggal.

Garis pantai dari beberapa negara Asia yang dipukul ombak -termasuk Indonesia-- telah menjadi tempat bermain untuk orang asing -khususnya Barat-juga orang Islam untuk menyalurkan sifat buruknya, ujar Faizeen. Diantaranya, pantai-pantai itu digunakan sebagai tempat mesum, pelacuran dan mabuk-mabukan.

"Allah akan mengirimkan hukuman kecil pertamanya -seperti hilangnya bisnis. Tapi jika kita mengabaikan peringatan itu, Ia akan mengirimkan beberapa lagi yang lebih besar- misalnya, hilangnya kehidupan. Jika kita masih mengabaikan peringatan itu, hukuman besar akan datang, seperti gempabumi dan Tsunami."

Faizeen mengatakan, area Sri Lanka dan juga Indonesia --yang sebagian besar yang didiami oleh warga muslim-- telah mendapatkan pukulan paling keras Tsunami.

Muhammed Fawmey, Pemimpin the International Islamic Youth Front mengatakan, ia sangat meyakini, Tsunami itu benar-benar pesan yang dikirim Allah. "Ia dengan sangat jelas menandatangani Nama-nya di dalam ombak itu," ujar Fawmey menanggapi hasil foto satelit tulisan asma Allah dalam riak gelombang Tsunami yang ditangkap DigitalGlobe Quickbird.

Kebanyakan orang Islam di seluruh dunia yakin, gelombang Tsunami yang terjadi 26 Desember lalu adalah sebuah peringatan Allah atas berbagai keteledoran manusia pada Nya. Tetapi, para ilmuwan, bagaimanapun masih tetap mengandalkan akalnya. Alasan yang sering dikemukakan, biasanya, Tsunami terjadi karena ada gempabumi dibawah permukaan laut di Sumatra Utara, di atas 9.0 skala Richter.

Di Aceh, ada puluhan masjid yang tak hancur dan tidak ikut terseret Tsunami. Sebagian masjid, bahkan tak ada satupun rusak dinding atau lantainya, meskipun gedung-gedung kokoh di sebelahnya rata dengan tanah. Namun, hingga kini belum ada satupun ilmuwan bidang kontruksi yang bisa menjelaskan mengapa masjid-masjid ini bisa tetap kokoh. (chinapost.com.tw/cha)

Firmansyah Afandi

No comments: